<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d23213192\x26blogName\x3dEMERSON,+LAKE,+PALMER,+AND+CULAR\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://thedeadlyjournals.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://thedeadlyjournals.blogspot.com/\x26vt\x3d-9191776653745866513', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Thursday, April 23, 2009 - 3:28 PM
"C'EST LA VIE

coba sejenak direnungkan?


Ketika orang- orang berkata menjadi seniman harus mengeraskan distorsimu, menghitamkan kulitmu, atau membeli berlusin- lusin kain kanvas, ternyata jauh didalam pemikiran saya filosofi- filosofi demikian sangatlah melesat jauh.

Waktu saya berada di usia aqua, sempat terlintas dalam pemikiran- pemikiran dangkal di hati ini, bahwa SAYA KALAU SUDAH BESAR HARUS, WAJIB, DAN KUDU JADI MUSISI! MASUK IKJ JURUSAN SENI MUSIK, PUNYA SUAMI GITARIS CLASSIC ROCK YANG HANDAL SEPERTI JIMMY PAGE, DAN MEMBINA BAHTERA RUMAH TANGGA SEBAGAI IBU ROCKER YANG MEMBIMBING ANAK- ANAKNYA UNTUK TERUS MENYALAKAN DISTORSI MEREKA DI STUDIO DALAM RUMAH BERSAMA SUAMI SETIAP MALAM.

Hahaha. Alangkah indahnya khayalan saya waktu itu, karena saya sempat berfikir saya dapat melakukannya. Well, bukan berarti di masa depan saya tidak sanggup melakukannya, cuma, yah... kalian pikir saja betapa dangkalnya pemikiran bocah berusia belasan tahun, bersegaram putih hijau, dan berlagak seperti rockstar bintang lima ketika bertemu mic di studio gitara.
Ckckckck. Ampun nduk, kalo ibukmu krungu yo' opo...?

Lucu ya, konyol kedengarannya. Waktu itu saya berasa monster yang paling benar, berasa yang paling rebel. Padahal beberapa tahun kedepan jika berkaca ke masa lalu, saya sedikit malu melihat bayanga saya. Bocah ingusan begitu saja, nggak perlu di reken, cah ayu. Tapi ya namanya manusia. Hahahaha. Intinya semua orang pasti merasakan apa yang pernah saya alami lah. Bagi bocah- bocah sekalian yang masih terintimidasi oleh orang tua, coba baca tulisan ini 5 tahun kedepan, dan bandingkan reaksi anda. Mesam mesem cengar cengir kah anda? hahaha.

Kembali lagi.

Lalu, dalam jangka waktu yang lumayan lama, saya dengan ringannya (bukannya tidak konsisten loh, cuma bandingkan saja tingkatan perkembangan pemikiran dimasa aqua dan alumni aqua) mengubah jeng jeng jeng jeng masa depan saya, apa yang saya tuju, apa yang saya rencanakan, dan bagaimana saya menjalankan semuanya.

"Ret lo kuliah ngambil apa?"
"ELEKTRO"
"kok elektro?"
"iye mau jadi tukang servis"

Apa bedanya seniman dengan pakar elektro (amin)?
Apa seniman itu orang yang setiap harinya membubuhkan berbagai macam cat di atas kanvas dengan pemandangan indah?
Ataukah seniman itu seseorang yang menunggu angkutan umum lewat agar bisa menyumbangkan suaranya demi sesuap nasi?

Dan pakar elektro adalah seseorang yang setiap saat meluangkan waktunya untuk menengok dan mempelajari (lagi dan lagi) ensiklopedinya yang jumlahnya tak terhingga itu?
Atau pakar elektro adalah seseorang yang tidak gentar meneliti barang rongsokan dan menghabiskan waktunya untuk barang- barang yang bisa kita dapatkan dengan gratis tersebut?

HEY! KITA INI HIDUP DI ERA MODERN!
WANITA SAJA BISA JADI PRESIDEN! LANTAS?

Seniman = Eletronikawan.
Melukiskan keindahan manusia di atas kanvas = Membuat alat yang membantu kinerja manusia
Membuat komposisi nada = Membuat alat yang dapat mengomposisi nada.

Semua berkesinambungan.
Dua-duanya saling menciptakan karya yang besar.
Membutuhkan tingkat kreativitas yang tinggi untuk menjadi yang paling profesional.
Mematahkan aturan.
Inovasi dibutuhkan.

Seniman adalah seseorang yang menciptakan karya seni,bukan?
Apa pelukis itu seniman? Benar. Pelukis menciptakan lukisan.
Apa gitaris itu seniman? Sangat benar. Gitaris menciptakan solo gitarnya.
Lalu apakah elektronikawan itu seniman? Tidak.

TIDAK SALAH LAGI! Elektronikawan menciptakan barang- barang elektronik dimana tidak semua orang bisa menciptakannya.
Jadi seberapa tinggi? Seberapa besar? Sedalam apakah nilai seninya?

Ukurlah,coba.

Tapi saya tidak mengatakan bahwa selain elektronikawan bukan seniman.
Yang membuat rumah? seniman.
Yang membuat obat? seniman juga.

Coba sejenak direnungkan.


Saya suka menghubungkan ini semua. Dan terimakasi Ya Allah karena semua saling terkait.

Jadi, kaitkan mimpi anda. Kaitkan semuanya.
Apa yang anda inginkan dan apa yang anda rencanakan kedepan.
Kunci utamanya: Renungkan.







FORGOTTEN FACES
 



RETYCULAR



Find me on Polyvore






WHEREVER I MAY ROAM

12 accompaniers:

1. Black Sabbath- Into the void
2. Vampire Weekend- Mansard Roof
3. Volmusik- Polkazeit in tirol
4. Foo fighters- Doa
5. Imogen Heap- Goodnight and go
6. Monkey Majik- Fly
7. Navicula- Menghitung mundur
8. Twisted Sister- We're not gonna take it
9. Slank- Juwita Malam
10. Motley Crue- Dr. Feelgood
11. God Bless- Maret 1989
12. Pantera- I'm Broken


Photobucket

 


WAKING THE FALLEN




BETRAYED

 

AAAAAAA